Cast :
-Byun Baekhyun
-Choi Jinri
-Kim Taehyung
Chapter 1
Hai,
Namaku Sulli, aku murid sekolah menengah favorite di Seoul yaitu Seoul
Performing Art High School. Disekolah, aku memang terkenal cantik dan memiliki
tubuh yang indah, semua orang menganggapku wanita yang sempurna kecuali untuk
pria sombong yang duduk disana sambil meminum air mineral, ya.. dia adalah
Baekhyun, dia kakak kelasku dan aku sungguh tidak menyukai pria itu. Aku
mencomot roti tawar yang kubawa dari rumah sambil memperhatikannya dari kursi
kantin yang kududuki, sesekali aku memperhatikan pria itu yang sedang asyik
memainkan handphonenya sambil sesekali meminum air mineral botolan. Dari
pakaian serta .. mungkin bau badan,
aku menebak dia baru saja selesai bermain basket. Byun Baekhyun adalah ketua
Osis di sekolahku, orangnya super dingin, aku bersumpah belum pernah melihatnya
tersenyum selama satu tahun aku bersekolah disini. Namun entah kenapa, walau
dikenal sebagai pria dingin alias jutek alias wajah tembok, sangat banyak siswi
siswi cantik mengidolakannya. Memang sih, wajahnya tampan, dia juga kapten
basket, selalu mendapat peringkat satu dikelasnya. Tapi, tetap saja menurutku
dia sombong. Banyak siswi dari berbagai kalangan mencoba untuk menyatakan cinta
padanya, dari anak presiden, anak pengusaha bahkan anak penjual susu namun
tidak ada satu pun yang berhasil memikat hati dan menjadi kekasihnya.
“Brakkk” , Seseorang menggebrak meja didepanku, aku
sontak terlonjak dari tempat dudukku, jantung ku serasa terlempar ke negeri
china, seketika itu pula aku mendongakkan kepalaku, kulihat orang yang sama
sekali tidak ingin kulihat. Jung Krystal sedang menatapku tajam.
“Kulihat Kau memperhatikan Baekhyun dari tadi, kau menyukainya ?” tanyanya dengan nada ketus. Mulutku menganga, aku sadar dari tadi aku melamun sambil memperhatikan Baekhyun. “A..anu, aku ..aku!, aku tidak menyukainya” jawabku dengan terbata. Jung Krystal adalah siswi paling popular di sekolahku, semua orang tahu dia sangat membenci wanita yang berani mendekati Byun Baekhyun, walaupun dirinya sendiri bukanlah kekasih Pria itu. “Alah!! Tak usah berbohong, kuperingatkan kau! Jika kau berani mendekati namja ku, kau akan mendapat kejutan luar biasa dariku” Krystal memberikan tatapan yang tidak meng enakkan nya padaku, aku langsung bungkam, kepalaku mengangguk tanda aku menurut pada Yeoja itu, tentu saja.. Krystal adalah anak pemilik sekolah ini, jika aku berani-berani membuatnya marah. Tamatlah sudah riwayatku, tamatlah sudah cita-cita ku, dan terakhir, aku tinggal menyiapkan ucapat selamat tinggalku pada sekolah impian ini.
“Kulihat Kau memperhatikan Baekhyun dari tadi, kau menyukainya ?” tanyanya dengan nada ketus. Mulutku menganga, aku sadar dari tadi aku melamun sambil memperhatikan Baekhyun. “A..anu, aku ..aku!, aku tidak menyukainya” jawabku dengan terbata. Jung Krystal adalah siswi paling popular di sekolahku, semua orang tahu dia sangat membenci wanita yang berani mendekati Byun Baekhyun, walaupun dirinya sendiri bukanlah kekasih Pria itu. “Alah!! Tak usah berbohong, kuperingatkan kau! Jika kau berani mendekati namja ku, kau akan mendapat kejutan luar biasa dariku” Krystal memberikan tatapan yang tidak meng enakkan nya padaku, aku langsung bungkam, kepalaku mengangguk tanda aku menurut pada Yeoja itu, tentu saja.. Krystal adalah anak pemilik sekolah ini, jika aku berani-berani membuatnya marah. Tamatlah sudah riwayatku, tamatlah sudah cita-cita ku, dan terakhir, aku tinggal menyiapkan ucapat selamat tinggalku pada sekolah impian ini.
Isi
bekalku telah habis kumakan, aku mulai membereskan kotak bekal dan kembali
menutupnya. Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan kearah kelas
ku.Tiba-tiba aku merasa ada yang menghantam kepalaku, kepalaku terasa hangat,
seketika itu pandanganku mengabur dan tanpa kusadari aku pingsan.
Mataku
terbuka, pandanganku yang kabur berangsur-angsur kembali jelas, aku melihat
langit-langit ruangan tempat ku sekarang, terasa tidak asing, tapi aku tahu
pasti aku sangat jarang kesini. “Gwenchanayo?..” suara serak dan berat membuatku
terbangun dari lamunanku, aku menoleh kearah suara itu. Kulihat remaja pria
yang paling kubenci sedang duduk dipojok sana sambil melihatku yang sedang
mengeluarkan tatapan bingung. “B..Baekhyun..” gagapku karena tidak menyangka.
“Kenapa aku bisa di…” . “Aku tidak
sengaja melempar bola basket sampai mengenai kepalamu, kau pingsan tadi” Jawab
Baekhyun seketika saat aku belum menyelesaikan kata-kataku. “Kau membawaku
kesini?” tanyaku sedikit ragu, ketika aku sadar sekarang aku sedang berada di
UKS. “Bukan aku, Suho yang membawamu kesini” jawab Baekhyun datar. Aku bergidik
seketika, membayangkan tadi aku diangkat oleh pria kaya namun culun yang mana
aku sungguh tidak menyukai style nya. Sebenarnya Suho cukup tampan andai dia
mau mengubah penampilannya yang kelewat sederhana itu. “Mianhae..” Suara serak
pria itu kembali membangunkanku dari lamunanku. Namun, aku merasa ada yang
mengotori telingaku, sehingga membuatku tidak bisa mendengar dengan baik. Dia
bilang apa? Mianhae.. ah mustahil, seorang Baekhyun tidak mungkin mengatakan
itu kepada wanita aneh sepertiku. Bahkan jika dia membunuhku pun aku yakin ia
tidak akan berkata mianhae padaku.
“Kau tidak dengar? Aku bilang Mianhae” Suaranya untuk kedua kalinya
membangunkanku dari lamunan ku. “Tunggu! Kau bilang apa? Mianhae” Oke sekarang
aku yakin aku tidak salah dengar, dia memang mengatakan itu. Aku melihat
Baekhyun dengan tatapan minta penjelasan. “Aku melukaimu, apa aku salah jika
meminta maaf?” tanyanya membuatku tersadar kalau dia bukanlah pria yang selama
ini kupikirkan, dia ternyata masih memiliki hati, kedua ujung bibirku naik aku
tersenyum haru mendengarnya.Aku mengangguk tanda memaafkannya. “Mereka
memaksaku minta maaf padamu, padahal jujur aku sebenarnya tidak mau, tapi
karena kau sudah memaafkanku, ya .. hatiku sedikit lega sekarang” sambungnya
membuat senyumku memudar berubah menjadi wajah masam. Aku salah, anak itu
memang benar-benar tidak punya hati.
Dua
hari belalu, aku sudah melupakan kejadian tidak mengenakkan itu, aku duduk
dikursiku sambil melihat disekelilingku, ya.. seperti biasa kelasku diisi
dengan wanita-wanita gossip, dan satu yang membuatku heran, topic mereka tidak
juga berubah kalau bukan diskon pasti Baekhyun sang Prince of Basket. Aku menopang dagu dimejaku, berusaha untuk tidak
mendengarkan siswi-siswi yang sedang bergosip ria. “Aku dengar Baekhyun keluar
dari tim basket, ahh mengejutkan sekali, aneh sekali padahal Baekhyun oppa
sangat jago bermain basket” . Mataku melebar mendengar beberapa kalimat yang
dilontarkan seorang siswi yang sedang bergosip itu. Apa? Baekhyun keluar dari
tim basket, ini bukan aneh namanya.. Tapi Super Aneh, bagaimana tidak, Baekhyun
yang kutahu adalah remaja yang tidak bisa lepas dari basket. Jika sedang tidak
ada jam pelajaran aku sering melihatnya dilapangan basket untuk bermain walau
pun sendirian tanpa timnya. Sekarang? Dia keluar, Apa?!!. Aku terus mencoba menguping segala
pembicaraan mereka. “Ne, aku dengar ini gara-gara cideranya sebulan lalu”
sambung siswi disebelahnya. Aku termenung sambil mengingat-ingat, ya Baekhyun
memang pernah cidera yang cukup parah saat pertandingan Nasional karena lawan
mereka bermain curang, Baekhyun yang saat itu sebagai kapten berhasil
memenangkan pertandingan itu. Namun dengar-dengar saat perjalanan pulang,
Baekhyun dihajar oleh tim lawan mereka saat pertandingan. Ya.. Baekhyun anak
rumahan mana bisa berkelahi dan membela diri, tragedi itu membuatnya dirawat
dirumah sakit selama 15 hari. Sayang sekali, padahal tim basket akan segera
bertanding di Amerika untuk memperebutkan juara dunia tingkat SMA. Lamunan ku
tentang Baekhyun terhenti seketika setelah ada yang menepuk pundakku, aku
mendongak untuk mengetahui siapa yang melakukan ini padaku. “Sudah kuduga itu
kau !” ketusku pada Taehyung, sahabat baikku dari SMP. Taehyung ini adalah adik
dari pria yang paling kubenci, tapi tetap saja Taehyung berbeda dengan kakaknya
Baekhyun. Taehyung periang, tidak seperti kakaknya yang tidak pernah tersenyum
seperti orang yang tidak pernah memiliki moment bahagia dalam hidupnya. Atau seperti
bukanlah seperti, tapi memang tidak pernah memiliki moment bahagia. “Kau harus
menghilangkan kebiasaan melamun mu, dari SMP kerjamu hanya melamun saja” suara
berat Taehyung membuatku merasa sebal. “Susah menghilangkannya !” jawabku
sambil mencembungkan pipiku, walau tidak ada satupun yang merasa aku ini lucu
dengan melakukan pout. Yah sial, wajahku memang tidak menarik. Aku menarik
kursi kosong kesampingku dan berganti menarik Taehyung agar dia mau duduk
disitu. “Hey.. aku dengar hyungmu keluar dari tim” Aku mulai membuka
pembicaraan diantara kami berdua. “Ya memang benar..” Jawabnya terlihat santai,
namun aku menanggapinya juga santai “Kenapa?!” (oke ini bukan santai) tanyaku
seketika dengan nada kencang membuat seluruh isi kelas menoleh kearahku, aku meringis
seperti anak keledai yang mendapat air susu ibunya, namun syukurnya isi kelas
sepertinya tidak peduli dan masing-masing melanjutkan kegiatannya. “Sssst…”
Taehyung menutup mulutku dengan telapak tangannya, membuatku bungkam seketika,
dan perlahan ia melepaskan tangannya dari mulutku. “Jika kau menanyakan
alasanya, kau bertanya pada orang yang tidak tepat” jawabnya datar. “Kau akan adiknya!” aku menepuk pahanya.
“Biarpun aku ayahnya pun dia tidak akan memberitahuku, hyung orangnya tertutup,
aku tahu dia keluar saja bukan dari hyungku tapi dari Suho hyung” jawabnya
sekarang dengan nada yang tidak berbeda dari sebelumnya. Aku mengangguk-angguk
maklum, ternyata bukan hanya pada semua orang disekolah, dia bahkan menutup
diri dengan adiknya sendiri. “Kenapa? Dari tadi kau menanyakan tentang hyung
terus, kau menyukainya” Taehyung mengeluarkan ekspresi yang menurutku bodoh
itu. Seketika aku tersedak, “Aniyo!” jawabku ketus. Taehyung hanya terkekeh,
“Kupukul kau jika berkata seperti itu lagi” sambungku membuat Taehyung kembali
terkekeh geli. “Aku baru saja menambah koleksi novelku dirumah, kau mau
melihatnya?” Tanya Taehyung setelah terhenti dari candaan bodohnya. Mataku
berkilat, Taehyung tahu betul apa yang membuatku tertarik, aku memang pencinta
novel sejak lama. Aku mengangguk cepat “Tentu!” jawabku. “Setelah pulang
sekolah aku tunggu kau didepan gerbang oke” Ucap Taehyung sambil beranjak dari
kursinya dan berjalan keluar kelasku menuju kelasnya.
Bel
pulang sekolah telah dibunyikan lima menit lalu, tapi aku masih dikelas untuk
menyalin materi di papan tulis. Aku memang sedikit lelet (padahal banyak) dalam
urusan salin menyalin. Setelah selesai aku langsung melempar bukuku ke ransel
dan berlari keluar kelas yang sudah kosong. Aku berlari secepat mungkin keluar
sekolah, aku melihat Taehyung sudah menunggu didepan gerbang seperti yang ia
janjikan 2 jam lalu. Aku berlari kearahnya dan berhenti tepat disampingnya,
nafasku terhingal-hingal karena terlalu berlari. “Sudah lama menunggu?” tanyaku
yang masih terhingal-hingal. “Dari mana saja kau?” tanyanya. “Maaf, aku habis
menyalin materi di papan tulis” jawabku yang sudah bisa bernafas normal. “Dasar
lelet” Taehyung meraih tanganku dan menarikku sambil berjalan memunggungiku,
aku menatap punggung rampingnya sebal. Taehyung memang paling mengerti, tapi
kenapa sampai sekarang ia masih belum sadar kalau aku paling tidak suka
dibilang LELET. Walau sebenarnya kuakui aku memang lelet.
Sekitar
lima belas menit kemudian kami sampai dirumah Taehyung, rumahnya memang bisa
dianggap nyaman dengan halaman yang penuh dengan berbagai koleksi tanaman hias
milik ibunya yang sangat terawat, kebun kecil nya pun tidak kalah terawat.
Sebenarnya rumah ini tidak sebesar rumah mewah kebanyakan, namun bentuk
mungilnya ini bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk rumah ini. “Ayo masuk!”
Taehyung menarik tanganku dan membawaku masuk, sesampainya didalam. Aku
terkejut melihat Baekhyun yang sedang tenang menonton televisinya, aku tidak
tahu pasti channel apa yang ia tonton tapi dapat kupastikan itu bukan Channel
kesukaanku, Cartoon Network. Ia menoleh kearah aku dan Taehyung seperti sedang
memastikan kalau bukan anjing gila yang masuk kerumahnya. Aku melemparkan
senyum manisku padanya, walau menurutnya itu sama sekali tidak bisa dibilang
manis. Ia melihatku dan Taehyung beberapa detik dan kembali mengalihkan
pandangannya pada Televisinya “Ada ramen instan dilemari jika kau lapar” Ucap
Baekhyun yang pastinya bukan tertuju untukku, Ya.. itu untuk Taehyung. “Eomma
kemana?” Tanya Taehyung kepada kakaknya itu. “Pergi” Jawab Baekhyun singkat
seakan tidak mau buang tenaga untuk berucap. Taehyung menarik tanganku dan
membawaku menaiki tangga ke lantai dua rumahnya karena memang kamarnya ada
disana. Aku telah berada dikamar Taehyung, sudah dua minggu aku tidak kemari,
kamarnya masih terlihat seperti biasanya, hanya saja ada sedikit pemandangan
baru, aku melihat kotak kardus berukuran sedang diujung sana. Taehyung
mengambil kotak itu sebelum aku hendak melihat isinya. Taehyung menaruh kotak
itu diatas tempat tidurlah, aku berjalan kearah tempat tidurnya dan perlahan
membuka kotak kardus itu, mataku seakan bersinar melihat lebih dari sepuluh
buah novel yang baru dibeli dan masih lengkap dengan plastic pembungkusnya.
Taehyung terkekeh melihat ekspresiku, aku mengambil sebuah novel dan mengamati
judul yang tertera di cover nya. “Sudah terbit?!!” senyumku melebar melihat
novel yang sudah kutunggu selama setahun telah terbit dan sudah berada
ditanganku sendiri, seketika aku memeluk novel itu bagai memeluk anjing
kesayanganku. Bahkan kalau disuruh untuk memilih Mamao (anjing aku, maaf
namanya payah) dengan novel ini, aku akan langsung mengacungkan jari dan
memilih novel ini (jahat). “Aku membelinya karena aku tahu kau sangat
menyukainya” ucap Taehyung geli melihat aku yang begitu girang. Aku
melihatTaehyung dengan tatapan haru, reflek aku memeluknya erat. “Gomawo!”
ucapku dalam pelukannya. Seketika aku mendengar suara pintu terbuka, kulihat
Baekhyun tengah melihat kami yang tengah berpelukan dari balik pintu. Baekhyun
menatap aku dan Taehyung lekat. Aku langsung melepaskan pelukanku dari Taehyung
“A..Anu Baekhyun ini bukan seperti yang kau fikirkan!, kami cu..” “Eomma memintamu menyiram tanaman, dia
seminar selama selama dua hari” Ucap baekhyun datar tanpa nada sebelum aku selesai
berucap. Setelah selesai berbicara dengan Taehyung, Baekhyun mengalihkan
pandangannya padaku, dia melihatku tajam membuatku langsung bergidik. Baekhyun
berbalik dan berjalan menuruni tangga. Ku melihat punggung Baekhyun yang sudah
menghilang dari pandanganku, aku langsung balik menatap Taehyung, “Aku harap
hyungmu tidak salah paham”, ucapku yang terlihat sedikit takut, Taehyung hanya
terkekeh melihat ekspresiku membuatku sebal, “Yak apa yang lucu?” tanyaku
sambil mencembungkan kedua belah pipiku. “Ya tentu lucu, jangankan berpelukan,
hyung melihat kita tidur bersama pun kurasa hyung tidak akan peduli” jawab
Taehyung, aku mengangguk-angguk tanda mengerti.
Aku
masuk dalam dunia vampire yang kejam, aku melihat beberapa vampire sedang
membunuh dan menghisap darah manusia yang menjadi mangsanya. Para Vampire itu
memang ganas, dia menghabisi mangsanya tanpa belah kasihan, gigi-gigi mereka
dipenuhi darah segar sang manusia. “Choi Jinri!” Seketika aku keluar dari dunia
fantasy ku, setelah aku mendengar namaku dipanggil seseorang, ya suara berat
itu lagi. Kenapa dia harus selalu saja menggangguku saat aku sedang membaca
novel. “Yak Taehyung!, jangan ganggu, aku sedang kosentrasi membaca novel,
bisakah kau berhenti memanggil-manggil namaku saat aku sibuk?!” Omel ku pada
Taehyung yang sudah lebih dari tiga kali memanggilku, “Enak saja!, berhentilah
sebentar membaca, bantu aku menyiram tanaman!, jika kau masih tidak mau
membantuku, aku tidak akan meminjamkan novel itu lagi, akan kubiarkan kau mati
penasaran karena tidak tahu akhir dari ceritanya” Taehyung balas mengomeliku.
Mendengar omelannya, aku segera berdiri dan berjalan tanpa semangat
menghampirinya. “Baik..Baik!” ucapku dengan terpaksa, karena bagaimana pun aku
harus tahu akhir cerita dari nivel itu. Aku memasang selang pada keran air,
selesai itu aku pun menyiram tanaman milik Ibu Taehyung. Pikiran ku melayang,
aku memikirkan bagaimana akhir dari kisah cinta anak manusia dan vampire di
novel itu, atau mungkin nanti mereka menikah, tapi apa tidak apa jika mereka
menikah, kan apabila mereka berdua punya anak dan anaknya Vampire sama seperti
ayahnya bisa berbahaya!. “Sulli!!” teriak Taehyung, membuatku terbangun dari
lamunanku. Aku terkejut mendapati pot bunga mawar yang tergenang air karena
terlalu kusiram. “Itu mawar kesayangan ibuku! Kita tamat” ucap Taehyung sambil
mengamati pot yang banjir itu, aku panik seketika. Aduh kenapa aku harus
melamun tadi, untuk apa aku menebak-nebak sedangkan nanti pada akhirnya aku
akan tahu akhir ceritanya setelah selesai membaca novelnya. “Aaa..Jeongmal
mianhae!” aku meraih pot berukuran kecil yang kosong dan dibawah pot kecil
tersebut belum dilubangi oleh Ibu Taehyung. Dengan segera, aku menyiduk air di
pot mawar itu dan menguras air yang membanjiri pot tersebut. Aku merasa ada
seseorang yang berjongkok disamping kanan ku sambil melihat kearah pot bunga
mawar tersebut, aku menoleh kesamping kanan dan kulihat Baekhyun dengan wajah
yang bisa dibilang terkejut melihat pot tanaman mawar ibunya yang terendam air.
“Apa yang kau lakukan pada mawarnya?!, Ini mawar milik ibuku dan akan menjadi
kesayangan ibuku!, ini peninggalan ibuku satu-satunya” Baekhyun menatapku tajam
seakan seperti ingin membunuh ku. Mendengar itu, aku semakin merasa bersalah,
karena ternyata mawar itu adalah peninggalan Nyonya Byun satu-satunya sebelum
beliau meninggal, Baekhyun dan taehyung memang kakak beradik, namun mereka
berdua berbeda ibu. Saat Nyonya Byun meninggal, ayah mereka menikah lagi dengan
wanita bermarga Kim. Aku menunduk sambil menggigiti bibir bawahku, aku sangat
merasa bersalah, aku berusaha menahan tangis ku dihadapan pemuda dingin itu.
“M..Mian” ucapku terbata karena berusaha menahan emosi. “Kau pikir dengan
mengatakan Mian bisa memperbaiki semuanya!” tukas Baekhyun
dengan nada yang ditinggi-tinggikan. “Hyung, dia tidak sengaja” Aku mendengar
suara Taehyung yang terdengar sedang membelaku, aku terus menunduk. Perasaan
takut kini menyelimutiku. “Cepat kuras airnya dan bereskan semuanya!, aku tidak
mau kau teledor lagi, suruh wanita ini pulang sekarang!, aku tidak mau orang
asing mengacau dirumah ini lagi!” Suara Baekhyun terdengar kembali, sekarang
aku benar-benar tidak bisa menahan tangis ku lagi, tanpa sadar air mataku sudah
membasahi pipiku. Ini pertama kalinya aku diusir oleh orang. Taehyung hanya
diam mendengar perkataan kakaknya, aku tahu betul sikap Taehyung, apapun yang
diperintahkan kakaknya, Taehyung tidak bisa membantah dan harus menurut.
Taehyung menepuk pundak ku pelan, aku merasa Taehyung mungkin mendengar suara
isak ku “Maaf, lebih baik sekarang kuantar kau pulang” ucap nya lembut berusaha
menenangkanku, ditengah tangisanku dan bisa ditebak kalau Taehyung sedang
berusaha mengusirku juga walau dengan cara yang lembut. Aku berdiri namun
kepalaku terus menunduk, dari kecil aku tidak bisa menghadapi orang lain jika
sedang menangis, Taehyung melirik wajahku dari balik poniku, aku mendorong
kepalanya untuk menjauhkan wajahnya dari wajahku. Aku merasakan dagu dan
diangkat oleh seseorang, perlahan kepalaku teraangkat, dan padanganku bertemu
dengan wajah pemuda berpipi tirus dan berhidung mancung yang lain tidak lain
adalah sahabatku Taehyung. Mata nya menatap mataku yang sudah berair dengan
tatapan tidak tega. Dia meraih tanganku dan menarikku menjauh dari perkarangan,
dia berjalan kearah sepeda gunung yang selalu menjadi alat transportasinya ke
sekolah. “Aku antar kau pulang ya?” , Aku mengangguk menerima tawaran pemuda
itu. Air mataku sudah berhenti mengalir, aku sudah mulai tenang dan mampu
meredakan emosi yang sempat menyelimuti pikiranku. “Aku minta maaf soal mawar
itu” ucapku serak karena kurasa ada yang menyangkut di tenggorokan ku saat aku
menangis tadi. Taehyung menatapku hangat, dia tersenyum simpul “Enggak papa,
Hyung ku berlebihan, aku rasa mawar itu tidak akan mati hanya karena kejadian
tadi” . Pikiran ku pun mulai jernih, aku sependapat dengan Taehyung, aku
menghela nafas lega.
Aku
turun dari pijakan di roda belakang sepeda Taehyung, lima belas menit
perjalanan bersepeda kami pun sampai di rumah kecil ku. Rumah ku memang tidak
sebesar rumah Taehyung dan Baekhyun namun dapat dipastikan pekaranganku jauh
lebih luas dari milik mereka. Aku berjalan menyusuri perkarangan rumahku dan
menginjakan kakiku di teras rumah. Aku menoleh kearah Taehyung yang masih diam
di sepedanya. “Tidak mau masuk?”. Taehyung hanya menggeleng dan tersenyum
simpul. “Aku harus segera pulang, ada tugas sekolah yang harus segera
kukerjakan”. Aku mengangguk tanda mengerti. Taehyung memutar setang dan
mengayuh sepedanya pergi. Melihat Taehyung sudah lenyap dari pandanganku, aku
pun langsung membalikkan badan dan berjalan memasuki rumah mungilku. Aku
membanting tubuh ku ke ranjang empuk ku, tanganku meraih ransel ku yang
bersandar di badan ranjang. Aku mengambil novel kesukaanku, membukanya dan
membacanya. Sekarang, aku tidak bisa tenggelam dalam fantasy Vampire ku, aku
malah teringat akan kejadian dirumah Taehyung tadi. Tidak seperti biasanya,
sekarang aku sungguh tidak ada mood
untuk membaca Novel. . ‘Apa yang kau
lakukan pada mawarnya?!, Ini mawar milik ibuku dan akan menjadi kesayangan
ibuku!, ini peninggalan ibuku satu-satunya’. Mengingat kalimat-kalimat yang
diucapkan Baekhyun tadi sore membuatku sungguh merasa bersalah, andai aku
diposisi Baekhyun pun, aku pasti akan marah pada orang yang berani merusak peninggalan
Ibu ku yang sudah meninggal. Tanpa kusadari, aku sudah kembali menangis.
Aku
terbangun dari tidurku saat kudengar ayam berkokok tepat di samping rumahku,
aku melirik jam waker ku yang ternyata belum membunyikan suaranya bisingnya.
Sepertinya aku bangun lebih pagi hari ini berkat ayam jago tetanggaku, ku lihat
aku masih mengenakan seragam sekolahku, ishh ternyata aku belum sempat
melepaskannya sebelum aku tertidur. Aku meraih handuk dan melepas seragamku
yang hari ini akan kembali ku pakai, aku membalut tubuhku dengan handuk, aku
meraih parfum ku dari meja rias dan menyemprotnya ke seragam. Ini bisa sedikit
mengurangi bau apek seragamku. Aku melompat ke kamar mandi dan segera
membersihkan diri, aku menyalakan shower dan mulai menyabun seluruh tubuhku.
Hah! , mataku bengkak!, aku menatap diriku dari depan cermin, kulihat mataku
bengkak karena malam tadi aku menangis. Ishh sial, aku tidak mau teman-teman ku
disekolah tahu aku menangis, aku paling tidak suka di bilang sebagai gadis
cengeng. Aku keluar dari kamar mandi, bau harum badanku sudah tercium ke
seluruh antero kamarku. Aku meraih seragamku yang sudah ku parfumi sedemikian
rupa agar tidak apek. Aku memakai
seragamku dan merapikan diri didepan cermin. Beberapa saat kemudian, pakaian ku
telah rapi, wajahku sudah kubedak tipis, bibir ku juga telah terbalut dengan
lipstick merah muda. Ngahaa kau cantik Choi Jin.. , Oh tidak!!. Walau wajahku
sudah lumayan cantik, tapi ada satu yang mengotorinya, mataku masih bengkak.
Aku
berjalan di koridor sekolah ku sambil menutup mataku yang bengkak dengan
telapak tangan, ini hal terbodoh yang pernah kulakukan karena mataku yang
bengkak tidak hanya sebelah, tapi keduanya!. Badanku terasa menghantam sesuatu,
sesuatu yang hangat dan dibalut kain. Dapat kupastikan yang kutabrak bukanlah
tembok, aku menjauhkan telapak tanganku dari mata ku. “Kau bodoh, atau memang
bodoh” mataku membulat, aku mengenali suara itu, suara pemuda yang paling aku
benci di sekolah ini. Takut-takut, aku memandang wajah pemuda itu. Baekhyun
sudah menatapku tajam terlebih dahulu. “M..Mian”. Aku segera membungkukkan
badanku dan kembali berdiri seperti semula. “Kau gadis ter aneh yang pernah
kutemui, dari pada kau menutup matamu yang bengkak itu lebih baik kau segera
mengobatinya” Ucap Baekhyun dengan nada ehem.. hangat?. Atau apa aku salah
dengar. “Ah obat mataku habis”.Bagus, itu sepertinya jawaban yang cukup logis
daripada aku mengatakan yang sebenarnya, karena obat mataku baru kupakai untuk
mengobati anus Mamao yang luka karena dia susah buang air besar. “Ikut aku..”
Baekhyun membalikkan badan dan berjalan, aku menatap punggung nya bingung. Apa
aku tidak salah?, dia menyuruhku apa?, mengikutinya?. “Kau dengar tidak?,
kubilang ikut aku”. Ku lihat Baekhyun sudah kembali menoleh kearahku, sekarang
aku yakin pendengaranku baik-baik saja, karena dia memang menyuruhku untuk
mengikutinya. Aku mengikuti kemana pemuda itu pergi, Baekhyun terlihat berjalan
dengan santai didepanku, dia memasuki sebuah ruangan yang penuh bau
obat-obatan. Aku mengikutinya masuk ruangan yang dapat dipastikan kalau ini
UKS, aku duduk di ranjang pasien, dan melihat sekitar, Baekhyun datang dengan
membawa botol mungil yang berisi obat mata, ia berdiri didepanku dan membuka
tutup botol mungil tersebut, Baekhyun
mengangkat daguku sehingga membuatku mendongak. Baekhyun memegang pipiku, agar
aku tidak bergerak saat dia meneteskan obat itu dimataku.
Mataku terasa sejuk, mungkin obat
tetes itu sudah mulai bereaksi, aku melihat Baekhyun yang sedang memasukan obat
mata itu kedalam kotak P3K. Aku menatap Baekhyun haru, ternyata walau bersikap
dingin, dia masih memiliki hati nurani. Aku melihat sekeliling UKS, tidak! Aku
ragu sekarang!, Baekhyun bukannya memiliki hati nurani, tapi karena hari ini
jadwal hari ini jadwal piket jaga UKS untuknya. Aku mendengus seketika ketika
melihat namanya terpampang pada jadwal piket UKS hari sabtu. Tapi sudahlah..
terpaksa atau tidak, Baekhyun tetap saja sudah membantuku. Aku melihat Baekhyun
yang sedang sibuk merapikan isi kotak P3K. Aku turun dari ranjang dan duduk
disampingnya. “Aku bantu ya”, aku langsung meraih beberapa obat-obatan botolan
yang berserakan dan menyusunnya agar Baekhyun tinggal memindahkan obat-obatan
itu ke kotak. “Eh? Baekhyun_”, panggilku hati-hati. “Boleh aku bertanya?”.
Baekhyun menoleh kearahku, wajahnya tidak seperti biasanya, hari ini wajahnya
terlihat sangat pucat. Mungkin karena hujan yang mengguyur Seoul beberapa hari
ini. “Ehm.. kenapa kau keluar dari tim basket?” tanyaku sambil menatap pemuda
itu berharap mendapat jawaban. Baekhyun mengalihkan pandangannya dariku, sudah
kuduga, dia tidak akan mau menjawab pertanyaanku. “Itu karena..”. Aku langsung
menoleh kearah pemuda itu, ia sepertinya ingin menjawab, namun dapat dilihat
dari wajahnya. Dia punya beban untuk mengatakan hal itu. “Itu karena aku lelah”
ucapnya singkat. “Lelah?, yang aku tahu, kau tidak bisa lepas dari basket,
ditambah lagi, tim kalian bukannya akan pergi ke luar negeri untuk bertanding
memperebutkan juara dunia?, bagaimana bisa kau meninggalkan tim mu disaat mereka
membutuhkanmu”. “Mereka tidak
membutuhkanku!” tukas Baekhyun. “Aku.. aku tidak bisa, aku hanya akan membuat
tim ku kalah”. Aku menatap Baekhyun tidak percaya, wajahnya terlihat gelisah,
aku dapat merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya takut. Aku
menepuk pundaknya “Ceritalah padaku masalahmu..” ucapku lembut. Baekhyun
menoleh padaku “Untuk apa aku menceritakanya padamu?” Tanya nya kembali tanpa
nada. “Apa karena cidera mu sebulan lalu?” Aku menatap wajah pemuda itu dari
balik poniku. Baekyun hanya diam, dia menggantung kotak P3K yang ternyata sudah
selesai dibersihkan, “bukan..” jawabnya singkat. Aku tambah penasaran, apa
sebenarnya yang membuat Baekhyun rela melepaskan jabatan kaptennya. “Lalu apa?”
tanyaku tidak sabar. “Apa itu penting untuk mu?” Baekhyun balik bertanya, namun
kali ini sepertinya dia sudah mulai marah, karena aku terlalu banyak bertanya.
Aku melihat ekspresi sangar pemuda itu, aku bungkam seketika. “Maaf Baekhyun
ssi, aku tidak bermaksud ikut campur dalam masalah mu, aku.. hanya ingin
menjadi temanmu, aku tahu kau kesepian sehingga kau menutup diri dari semua
orang termasuk adikmu, aku sungguh hanya ingin menjadi temanmu, kita bisa
berbagi cerita bersama, masalahmu adalah masalahku, dan masalahku adalah
masalahmu”. Baekhyun menatapku seakan apa yang kukatakan tadi itu benar, ia
mengalihkan pandanganya dariku seakan ia tidak ingin kebenaran didalam dirinya
kubongkar lagi.