Minggu, 25 Januari 2015

Missing You

Author : Nur Aulia Rahmah

Cast :
-Byun Baekhyun
-Choi Jinri
-Kim Taehyung

Chapter 1


Hai, Namaku Sulli, aku murid sekolah menengah favorite di Seoul yaitu Seoul Performing Art High School. Disekolah, aku memang terkenal cantik dan memiliki tubuh yang indah, semua orang menganggapku wanita yang sempurna kecuali untuk pria sombong yang duduk disana sambil meminum air mineral, ya.. dia adalah Baekhyun, dia kakak kelasku dan aku sungguh tidak menyukai pria itu. Aku mencomot roti tawar yang kubawa dari rumah sambil memperhatikannya dari kursi kantin yang kududuki, sesekali aku memperhatikan pria itu yang sedang asyik memainkan handphonenya sambil sesekali meminum air mineral botolan. Dari pakaian serta .. mungkin bau badan, aku menebak dia baru saja selesai bermain basket. Byun Baekhyun adalah ketua Osis di sekolahku, orangnya super dingin, aku bersumpah belum pernah melihatnya tersenyum selama satu tahun aku bersekolah disini. Namun entah kenapa, walau dikenal sebagai pria dingin alias jutek alias wajah tembok, sangat banyak siswi siswi cantik mengidolakannya. Memang sih, wajahnya tampan, dia juga kapten basket, selalu mendapat peringkat satu dikelasnya. Tapi, tetap saja menurutku dia sombong. Banyak siswi dari berbagai kalangan mencoba untuk menyatakan cinta padanya, dari anak presiden, anak pengusaha bahkan anak penjual susu namun tidak ada satu pun yang berhasil memikat hati dan menjadi kekasihnya.
“Brakkk”  , Seseorang menggebrak meja didepanku, aku sontak terlonjak dari tempat dudukku, jantung ku serasa terlempar ke negeri china, seketika itu pula aku mendongakkan kepalaku, kulihat orang yang sama sekali tidak ingin kulihat. Jung Krystal sedang menatapku tajam.
“Kulihat Kau memperhatikan Baekhyun dari tadi, kau menyukainya ?” tanyanya dengan nada ketus. Mulutku menganga, aku sadar dari tadi aku melamun sambil memperhatikan Baekhyun. “A..anu, aku ..aku!, aku tidak menyukainya” jawabku dengan terbata. Jung Krystal adalah siswi paling popular di sekolahku, semua orang tahu dia sangat membenci wanita yang berani mendekati Byun Baekhyun, walaupun dirinya sendiri bukanlah kekasih Pria itu. “Alah!! Tak usah berbohong, kuperingatkan kau! Jika kau berani mendekati namja ku, kau akan mendapat kejutan luar biasa dariku” Krystal memberikan tatapan yang tidak meng enakkan nya padaku, aku langsung bungkam, kepalaku mengangguk tanda aku menurut pada Yeoja itu, tentu saja.. Krystal adalah anak pemilik sekolah ini, jika aku berani-berani membuatnya marah. Tamatlah sudah riwayatku, tamatlah sudah cita-cita ku, dan terakhir, aku tinggal menyiapkan ucapat selamat tinggalku pada sekolah impian ini.
Isi bekalku telah habis kumakan, aku mulai membereskan kotak bekal dan kembali menutupnya. Aku bangkit dari tempat dudukku dan berjalan kearah kelas ku.Tiba-tiba aku merasa ada yang menghantam kepalaku, kepalaku terasa hangat, seketika itu pandanganku mengabur dan tanpa kusadari aku pingsan.
Mataku terbuka, pandanganku yang kabur berangsur-angsur kembali jelas, aku melihat langit-langit ruangan tempat ku sekarang, terasa tidak asing, tapi aku tahu pasti aku sangat jarang kesini. “Gwenchanayo?..” suara serak dan berat membuatku terbangun dari lamunanku, aku menoleh kearah suara itu. Kulihat remaja pria yang paling kubenci sedang duduk dipojok sana sambil melihatku yang sedang mengeluarkan tatapan bingung. “B..Baekhyun..” gagapku karena tidak menyangka. “Kenapa aku bisa di…”  . “Aku tidak sengaja melempar bola basket sampai mengenai kepalamu, kau pingsan tadi” Jawab Baekhyun seketika saat aku belum menyelesaikan kata-kataku. “Kau membawaku kesini?” tanyaku sedikit ragu, ketika aku sadar sekarang aku sedang berada di UKS. “Bukan aku, Suho yang membawamu kesini” jawab Baekhyun datar. Aku bergidik seketika, membayangkan tadi aku diangkat oleh pria kaya namun culun yang mana aku sungguh tidak menyukai style nya. Sebenarnya Suho cukup tampan andai dia mau mengubah penampilannya yang kelewat sederhana itu. “Mianhae..” Suara serak pria itu kembali membangunkanku dari lamunanku. Namun, aku merasa ada yang mengotori telingaku, sehingga membuatku tidak bisa mendengar dengan baik. Dia bilang apa? Mianhae.. ah mustahil, seorang Baekhyun tidak mungkin mengatakan itu kepada wanita aneh sepertiku. Bahkan jika dia membunuhku pun aku yakin ia tidak akan berkata mianhae padaku. “Kau tidak dengar? Aku bilang Mianhae” Suaranya untuk kedua kalinya membangunkanku dari lamunan ku. “Tunggu! Kau bilang apa? Mianhae” Oke sekarang aku yakin aku tidak salah dengar, dia memang mengatakan itu. Aku melihat Baekhyun dengan tatapan minta penjelasan. “Aku melukaimu, apa aku salah jika meminta maaf?” tanyanya membuatku tersadar kalau dia bukanlah pria yang selama ini kupikirkan, dia ternyata masih memiliki hati, kedua ujung bibirku naik aku tersenyum haru mendengarnya.Aku mengangguk tanda memaafkannya. “Mereka memaksaku minta maaf padamu, padahal jujur aku sebenarnya tidak mau, tapi karena kau sudah memaafkanku, ya .. hatiku sedikit lega sekarang” sambungnya membuat senyumku memudar berubah menjadi wajah masam. Aku salah, anak itu memang benar-benar tidak punya hati.
Dua hari belalu, aku sudah melupakan kejadian tidak mengenakkan itu, aku duduk dikursiku sambil melihat disekelilingku, ya.. seperti biasa kelasku diisi dengan wanita-wanita gossip, dan satu yang membuatku heran, topic mereka tidak juga berubah kalau bukan diskon pasti Baekhyun sang Prince of Basket. Aku menopang dagu dimejaku, berusaha untuk tidak mendengarkan siswi-siswi yang sedang bergosip ria. “Aku dengar Baekhyun keluar dari tim basket, ahh mengejutkan sekali, aneh sekali padahal Baekhyun oppa sangat jago bermain basket” . Mataku melebar mendengar beberapa kalimat yang dilontarkan seorang siswi yang sedang bergosip itu. Apa? Baekhyun keluar dari tim basket, ini bukan aneh namanya.. Tapi Super Aneh, bagaimana tidak, Baekhyun yang kutahu adalah remaja yang tidak bisa lepas dari basket. Jika sedang tidak ada jam pelajaran aku sering melihatnya dilapangan basket untuk bermain walau pun sendirian tanpa timnya. Sekarang? Dia keluar,  Apa?!!. Aku terus mencoba menguping segala pembicaraan mereka. “Ne, aku dengar ini gara-gara cideranya sebulan lalu” sambung siswi disebelahnya. Aku termenung sambil mengingat-ingat, ya Baekhyun memang pernah cidera yang cukup parah saat pertandingan Nasional karena lawan mereka bermain curang, Baekhyun yang saat itu sebagai kapten berhasil memenangkan pertandingan itu. Namun dengar-dengar saat perjalanan pulang, Baekhyun dihajar oleh tim lawan mereka saat pertandingan. Ya.. Baekhyun anak rumahan mana bisa berkelahi dan membela diri, tragedi itu membuatnya dirawat dirumah sakit selama 15 hari. Sayang sekali, padahal tim basket akan segera bertanding di Amerika untuk memperebutkan juara dunia tingkat SMA. Lamunan ku tentang Baekhyun terhenti seketika setelah ada yang menepuk pundakku, aku mendongak untuk mengetahui siapa yang melakukan ini padaku. “Sudah kuduga itu kau !” ketusku pada Taehyung, sahabat baikku dari SMP. Taehyung ini adalah adik dari pria yang paling kubenci, tapi tetap saja Taehyung berbeda dengan kakaknya Baekhyun. Taehyung periang, tidak seperti kakaknya yang tidak pernah tersenyum seperti orang yang tidak pernah memiliki moment bahagia dalam hidupnya. Atau seperti bukanlah seperti, tapi memang tidak pernah memiliki moment bahagia. “Kau harus menghilangkan kebiasaan melamun mu, dari SMP kerjamu hanya melamun saja” suara berat Taehyung membuatku merasa sebal. “Susah menghilangkannya !” jawabku sambil mencembungkan pipiku, walau tidak ada satupun yang merasa aku ini lucu dengan melakukan pout. Yah sial, wajahku memang tidak menarik. Aku menarik kursi kosong kesampingku dan berganti menarik Taehyung agar dia mau duduk disitu. “Hey.. aku dengar hyungmu keluar dari tim” Aku mulai membuka pembicaraan diantara kami berdua. “Ya memang benar..” Jawabnya terlihat santai, namun aku menanggapinya juga santai “Kenapa?!” (oke ini bukan santai) tanyaku seketika dengan nada kencang membuat seluruh isi kelas menoleh kearahku, aku meringis seperti anak keledai yang mendapat air susu ibunya, namun syukurnya isi kelas sepertinya tidak peduli dan masing-masing melanjutkan kegiatannya. “Sssst…” Taehyung menutup mulutku dengan telapak tangannya, membuatku bungkam seketika, dan perlahan ia melepaskan tangannya dari mulutku. “Jika kau menanyakan alasanya, kau bertanya pada orang yang tidak tepat” jawabnya datar.  “Kau akan adiknya!” aku menepuk pahanya. “Biarpun aku ayahnya pun dia tidak akan memberitahuku, hyung orangnya tertutup, aku tahu dia keluar saja bukan dari hyungku tapi dari Suho hyung” jawabnya sekarang dengan nada yang tidak berbeda dari sebelumnya. Aku mengangguk-angguk maklum, ternyata bukan hanya pada semua orang disekolah, dia bahkan menutup diri dengan adiknya sendiri. “Kenapa? Dari tadi kau menanyakan tentang hyung terus, kau menyukainya” Taehyung mengeluarkan ekspresi yang menurutku bodoh itu. Seketika aku tersedak, “Aniyo!” jawabku ketus. Taehyung hanya terkekeh, “Kupukul kau jika berkata seperti itu lagi” sambungku membuat Taehyung kembali terkekeh geli. “Aku baru saja menambah koleksi novelku dirumah, kau mau melihatnya?” Tanya Taehyung setelah terhenti dari candaan bodohnya. Mataku berkilat, Taehyung tahu betul apa yang membuatku tertarik, aku memang pencinta novel sejak lama. Aku mengangguk cepat “Tentu!” jawabku. “Setelah pulang sekolah aku tunggu kau didepan gerbang oke” Ucap Taehyung sambil beranjak dari kursinya dan berjalan keluar kelasku menuju kelasnya.
Bel pulang sekolah telah dibunyikan lima menit lalu, tapi aku masih dikelas untuk menyalin materi di papan tulis. Aku memang sedikit lelet (padahal banyak) dalam urusan salin menyalin. Setelah selesai aku langsung melempar bukuku ke ransel dan berlari keluar kelas yang sudah kosong. Aku berlari secepat mungkin keluar sekolah, aku melihat Taehyung sudah menunggu didepan gerbang seperti yang ia janjikan 2 jam lalu. Aku berlari kearahnya dan berhenti tepat disampingnya, nafasku terhingal-hingal karena terlalu berlari. “Sudah lama menunggu?” tanyaku yang masih terhingal-hingal. “Dari mana saja kau?” tanyanya. “Maaf, aku habis menyalin materi di papan tulis” jawabku yang sudah bisa bernafas normal. “Dasar lelet” Taehyung meraih tanganku dan menarikku sambil berjalan memunggungiku, aku menatap punggung rampingnya sebal. Taehyung memang paling mengerti, tapi kenapa sampai sekarang ia masih belum sadar kalau aku paling tidak suka dibilang LELET. Walau sebenarnya kuakui aku memang lelet.
Sekitar lima belas menit kemudian kami sampai dirumah Taehyung, rumahnya memang bisa dianggap nyaman dengan halaman yang penuh dengan berbagai koleksi tanaman hias milik ibunya yang sangat terawat, kebun kecil nya pun tidak kalah terawat. Sebenarnya rumah ini tidak sebesar rumah mewah kebanyakan, namun bentuk mungilnya ini bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk rumah ini. “Ayo masuk!” Taehyung menarik tanganku dan membawaku masuk, sesampainya didalam. Aku terkejut melihat Baekhyun yang sedang tenang menonton televisinya, aku tidak tahu pasti channel apa yang ia tonton tapi dapat kupastikan itu bukan Channel kesukaanku, Cartoon Network. Ia menoleh kearah aku dan Taehyung seperti sedang memastikan kalau bukan anjing gila yang masuk kerumahnya. Aku melemparkan senyum manisku padanya, walau menurutnya itu sama sekali tidak bisa dibilang manis. Ia melihatku dan Taehyung beberapa detik dan kembali mengalihkan pandangannya pada Televisinya “Ada ramen instan dilemari jika kau lapar” Ucap Baekhyun yang pastinya bukan tertuju untukku, Ya.. itu untuk Taehyung. “Eomma kemana?” Tanya Taehyung kepada kakaknya itu. “Pergi” Jawab Baekhyun singkat seakan tidak mau buang tenaga untuk berucap. Taehyung menarik tanganku dan membawaku menaiki tangga ke lantai dua rumahnya karena memang kamarnya ada disana. Aku telah berada dikamar Taehyung, sudah dua minggu aku tidak kemari, kamarnya masih terlihat seperti biasanya, hanya saja ada sedikit pemandangan baru, aku melihat kotak kardus berukuran sedang diujung sana. Taehyung mengambil kotak itu sebelum aku hendak melihat isinya. Taehyung menaruh kotak itu diatas tempat tidurlah, aku berjalan kearah tempat tidurnya dan perlahan membuka kotak kardus itu, mataku seakan bersinar melihat lebih dari sepuluh buah novel yang baru dibeli dan masih lengkap dengan plastic pembungkusnya. Taehyung terkekeh melihat ekspresiku, aku mengambil sebuah novel dan mengamati judul yang tertera di cover nya. “Sudah terbit?!!” senyumku melebar melihat novel yang sudah kutunggu selama setahun telah terbit dan sudah berada ditanganku sendiri, seketika aku memeluk novel itu bagai memeluk anjing kesayanganku. Bahkan kalau disuruh untuk memilih Mamao (anjing aku, maaf namanya payah) dengan novel ini, aku akan langsung mengacungkan jari dan memilih novel ini (jahat). “Aku membelinya karena aku tahu kau sangat menyukainya” ucap Taehyung geli melihat aku yang begitu girang. Aku melihatTaehyung dengan tatapan haru, reflek aku memeluknya erat. “Gomawo!” ucapku dalam pelukannya. Seketika aku mendengar suara pintu terbuka, kulihat Baekhyun tengah melihat kami yang tengah berpelukan dari balik pintu. Baekhyun menatap aku dan Taehyung lekat. Aku langsung melepaskan pelukanku dari Taehyung “A..Anu Baekhyun ini bukan seperti yang kau fikirkan!, kami cu..”  “Eomma memintamu menyiram tanaman, dia seminar selama selama dua hari” Ucap baekhyun datar tanpa nada sebelum aku selesai berucap. Setelah selesai berbicara dengan Taehyung, Baekhyun mengalihkan pandangannya padaku, dia melihatku tajam membuatku langsung bergidik. Baekhyun berbalik dan berjalan menuruni tangga. Ku melihat punggung Baekhyun yang sudah menghilang dari pandanganku, aku langsung balik menatap Taehyung, “Aku harap hyungmu tidak salah paham”, ucapku yang terlihat sedikit takut, Taehyung hanya terkekeh melihat ekspresiku membuatku sebal, “Yak apa yang lucu?” tanyaku sambil mencembungkan kedua belah pipiku. “Ya tentu lucu, jangankan berpelukan, hyung melihat kita tidur bersama pun kurasa hyung tidak akan peduli” jawab Taehyung, aku mengangguk-angguk tanda mengerti.
Aku masuk dalam dunia vampire yang kejam, aku melihat beberapa vampire sedang membunuh dan menghisap darah manusia yang menjadi mangsanya. Para Vampire itu memang ganas, dia menghabisi mangsanya tanpa belah kasihan, gigi-gigi mereka dipenuhi darah segar sang manusia. “Choi Jinri!” Seketika aku keluar dari dunia fantasy ku, setelah aku mendengar namaku dipanggil seseorang, ya suara berat itu lagi. Kenapa dia harus selalu saja menggangguku saat aku sedang membaca novel. “Yak Taehyung!, jangan ganggu, aku sedang kosentrasi membaca novel, bisakah kau berhenti memanggil-manggil namaku saat aku sibuk?!” Omel ku pada Taehyung yang sudah lebih dari tiga kali memanggilku, “Enak saja!, berhentilah sebentar membaca, bantu aku menyiram tanaman!, jika kau masih tidak mau membantuku, aku tidak akan meminjamkan novel itu lagi, akan kubiarkan kau mati penasaran karena tidak tahu akhir dari ceritanya” Taehyung balas mengomeliku. Mendengar omelannya, aku segera berdiri dan berjalan tanpa semangat menghampirinya. “Baik..Baik!” ucapku dengan terpaksa, karena bagaimana pun aku harus tahu akhir cerita dari nivel itu. Aku memasang selang pada keran air, selesai itu aku pun menyiram tanaman milik Ibu Taehyung. Pikiran ku melayang, aku memikirkan bagaimana akhir dari kisah cinta anak manusia dan vampire di novel itu, atau mungkin nanti mereka menikah, tapi apa tidak apa jika mereka menikah, kan apabila mereka berdua punya anak dan anaknya Vampire sama seperti ayahnya bisa berbahaya!. “Sulli!!” teriak Taehyung, membuatku terbangun dari lamunanku. Aku terkejut mendapati pot bunga mawar yang tergenang air karena terlalu kusiram. “Itu mawar kesayangan ibuku! Kita tamat” ucap Taehyung sambil mengamati pot yang banjir itu, aku panik seketika. Aduh kenapa aku harus melamun tadi, untuk apa aku menebak-nebak sedangkan nanti pada akhirnya aku akan tahu akhir ceritanya setelah selesai membaca novelnya. “Aaa..Jeongmal mianhae!” aku meraih pot berukuran kecil yang kosong dan dibawah pot kecil tersebut belum dilubangi oleh Ibu Taehyung. Dengan segera, aku menyiduk air di pot mawar itu dan menguras air yang membanjiri pot tersebut. Aku merasa ada seseorang yang berjongkok disamping kanan ku sambil melihat kearah pot bunga mawar tersebut, aku menoleh kesamping kanan dan kulihat Baekhyun dengan wajah yang bisa dibilang terkejut melihat pot tanaman mawar ibunya yang terendam air. “Apa yang kau lakukan pada mawarnya?!, Ini mawar milik ibuku dan akan menjadi kesayangan ibuku!, ini peninggalan ibuku satu-satunya” Baekhyun menatapku tajam seakan seperti ingin membunuh ku. Mendengar itu, aku semakin merasa bersalah, karena ternyata mawar itu adalah peninggalan Nyonya Byun satu-satunya sebelum beliau meninggal, Baekhyun dan taehyung memang kakak beradik, namun mereka berdua berbeda ibu. Saat Nyonya Byun meninggal, ayah mereka menikah lagi dengan wanita bermarga Kim. Aku menunduk sambil menggigiti bibir bawahku, aku sangat merasa bersalah, aku berusaha menahan tangis ku dihadapan pemuda dingin itu. “M..Mian” ucapku terbata karena berusaha menahan emosi. “Kau pikir dengan mengatakan Mian  bisa memperbaiki semuanya!” tukas Baekhyun dengan nada yang ditinggi-tinggikan. “Hyung, dia tidak sengaja” Aku mendengar suara Taehyung yang terdengar sedang membelaku, aku terus menunduk. Perasaan takut kini menyelimutiku. “Cepat kuras airnya dan bereskan semuanya!, aku tidak mau kau teledor lagi, suruh wanita ini pulang sekarang!, aku tidak mau orang asing mengacau dirumah ini lagi!” Suara Baekhyun terdengar kembali, sekarang aku benar-benar tidak bisa menahan tangis ku lagi, tanpa sadar air mataku sudah membasahi pipiku. Ini pertama kalinya aku diusir oleh orang. Taehyung hanya diam mendengar perkataan kakaknya, aku tahu betul sikap Taehyung, apapun yang diperintahkan kakaknya, Taehyung tidak bisa membantah dan harus menurut. Taehyung menepuk pundak ku pelan, aku merasa Taehyung mungkin mendengar suara isak ku “Maaf, lebih baik sekarang kuantar kau pulang” ucap nya lembut berusaha menenangkanku, ditengah tangisanku dan bisa ditebak kalau Taehyung sedang berusaha mengusirku juga walau dengan cara yang lembut. Aku berdiri namun kepalaku terus menunduk, dari kecil aku tidak bisa menghadapi orang lain jika sedang menangis, Taehyung melirik wajahku dari balik poniku, aku mendorong kepalanya untuk menjauhkan wajahnya dari wajahku. Aku merasakan dagu dan diangkat oleh seseorang, perlahan kepalaku teraangkat, dan padanganku bertemu dengan wajah pemuda berpipi tirus dan berhidung mancung yang lain tidak lain adalah sahabatku Taehyung. Mata nya menatap mataku yang sudah berair dengan tatapan tidak tega. Dia meraih tanganku dan menarikku menjauh dari perkarangan, dia berjalan kearah sepeda gunung yang selalu menjadi alat transportasinya ke sekolah. “Aku antar kau pulang ya?” , Aku mengangguk menerima tawaran pemuda itu. Air mataku sudah berhenti mengalir, aku sudah mulai tenang dan mampu meredakan emosi yang sempat menyelimuti pikiranku. “Aku minta maaf soal mawar itu” ucapku serak karena kurasa ada yang menyangkut di tenggorokan ku saat aku menangis tadi. Taehyung menatapku hangat, dia tersenyum simpul “Enggak papa, Hyung ku berlebihan, aku rasa mawar itu tidak akan mati hanya karena kejadian tadi” . Pikiran ku pun mulai jernih, aku sependapat dengan Taehyung, aku menghela nafas lega.
Aku turun dari pijakan di roda belakang sepeda Taehyung, lima belas menit perjalanan bersepeda kami pun sampai di rumah kecil ku. Rumah ku memang tidak sebesar rumah Taehyung dan Baekhyun namun dapat dipastikan pekaranganku jauh lebih luas dari milik mereka. Aku berjalan menyusuri perkarangan rumahku dan menginjakan kakiku di teras rumah. Aku menoleh kearah Taehyung yang masih diam di sepedanya. “Tidak mau masuk?”. Taehyung hanya menggeleng dan tersenyum simpul. “Aku harus segera pulang, ada tugas sekolah yang harus segera kukerjakan”. Aku mengangguk tanda mengerti. Taehyung memutar setang dan mengayuh sepedanya pergi. Melihat Taehyung sudah lenyap dari pandanganku, aku pun langsung membalikkan badan dan berjalan memasuki rumah mungilku. Aku membanting tubuh ku ke ranjang empuk ku, tanganku meraih ransel ku yang bersandar di badan ranjang. Aku mengambil novel kesukaanku, membukanya dan membacanya. Sekarang, aku tidak bisa tenggelam dalam fantasy Vampire ku, aku malah teringat akan kejadian dirumah Taehyung tadi. Tidak seperti biasanya, sekarang aku sungguh tidak ada mood untuk membaca Novel. . ‘Apa yang kau lakukan pada mawarnya?!, Ini mawar milik ibuku dan akan menjadi kesayangan ibuku!, ini peninggalan ibuku satu-satunya’. Mengingat kalimat-kalimat yang diucapkan Baekhyun tadi sore membuatku sungguh merasa bersalah, andai aku diposisi Baekhyun pun, aku pasti akan marah pada orang yang berani merusak peninggalan Ibu ku yang sudah meninggal. Tanpa kusadari, aku sudah kembali menangis.
Aku terbangun dari tidurku saat kudengar ayam berkokok tepat di samping rumahku, aku melirik jam waker ku yang ternyata belum membunyikan suaranya bisingnya. Sepertinya aku bangun lebih pagi hari ini berkat ayam jago tetanggaku, ku lihat aku masih mengenakan seragam sekolahku, ishh ternyata aku belum sempat melepaskannya sebelum aku tertidur. Aku meraih handuk dan melepas seragamku yang hari ini akan kembali ku pakai, aku membalut tubuhku dengan handuk, aku meraih parfum ku dari meja rias dan menyemprotnya ke seragam. Ini bisa sedikit mengurangi bau apek seragamku. Aku melompat ke kamar mandi dan segera membersihkan diri, aku menyalakan shower dan mulai menyabun seluruh tubuhku. Hah! , mataku bengkak!, aku menatap diriku dari depan cermin, kulihat mataku bengkak karena malam tadi aku menangis. Ishh sial, aku tidak mau teman-teman ku disekolah tahu aku menangis, aku paling tidak suka di bilang sebagai gadis cengeng. Aku keluar dari kamar mandi, bau harum badanku sudah tercium ke seluruh antero kamarku. Aku meraih seragamku yang sudah ku parfumi sedemikian rupa agar tidak apek. Aku memakai seragamku dan merapikan diri didepan cermin. Beberapa saat kemudian, pakaian ku telah rapi, wajahku sudah kubedak tipis, bibir ku juga telah terbalut dengan lipstick merah muda. Ngahaa kau cantik Choi Jin.. , Oh tidak!!. Walau wajahku sudah lumayan cantik, tapi ada satu yang mengotorinya, mataku masih bengkak.
Aku berjalan di koridor sekolah ku sambil menutup mataku yang bengkak dengan telapak tangan, ini hal terbodoh yang pernah kulakukan karena mataku yang bengkak tidak hanya sebelah, tapi keduanya!. Badanku terasa menghantam sesuatu, sesuatu yang hangat dan dibalut kain. Dapat kupastikan yang kutabrak bukanlah tembok, aku menjauhkan telapak tanganku dari mata ku. “Kau bodoh, atau memang bodoh” mataku membulat, aku mengenali suara itu, suara pemuda yang paling aku benci di sekolah ini. Takut-takut, aku memandang wajah pemuda itu. Baekhyun sudah menatapku tajam terlebih dahulu. “M..Mian”. Aku segera membungkukkan badanku dan kembali berdiri seperti semula. “Kau gadis ter aneh yang pernah kutemui, dari pada kau menutup matamu yang bengkak itu lebih baik kau segera mengobatinya” Ucap Baekhyun dengan nada ehem.. hangat?. Atau apa aku salah dengar. “Ah obat mataku habis”.Bagus, itu sepertinya jawaban yang cukup logis daripada aku mengatakan yang sebenarnya, karena obat mataku baru kupakai untuk mengobati anus Mamao yang luka karena dia susah buang air besar. “Ikut aku..” Baekhyun membalikkan badan dan berjalan, aku menatap punggung nya bingung. Apa aku tidak salah?, dia menyuruhku apa?, mengikutinya?. “Kau dengar tidak?, kubilang ikut aku”. Ku lihat Baekhyun sudah kembali menoleh kearahku, sekarang aku yakin pendengaranku baik-baik saja, karena dia memang menyuruhku untuk mengikutinya. Aku mengikuti kemana pemuda itu pergi, Baekhyun terlihat berjalan dengan santai didepanku, dia memasuki sebuah ruangan yang penuh bau obat-obatan. Aku mengikutinya masuk ruangan yang dapat dipastikan kalau ini UKS, aku duduk di ranjang pasien, dan melihat sekitar, Baekhyun datang dengan membawa botol mungil yang berisi obat mata, ia berdiri didepanku dan membuka tutup botol mungil  tersebut, Baekhyun mengangkat daguku sehingga membuatku mendongak. Baekhyun memegang pipiku, agar aku tidak bergerak saat dia meneteskan obat itu dimataku.
          Mataku terasa sejuk, mungkin obat tetes itu sudah mulai bereaksi, aku melihat Baekhyun yang sedang memasukan obat mata itu kedalam kotak P3K. Aku menatap Baekhyun haru, ternyata walau bersikap dingin, dia masih memiliki hati nurani. Aku melihat sekeliling UKS, tidak! Aku ragu sekarang!, Baekhyun bukannya memiliki hati nurani, tapi karena hari ini jadwal hari ini jadwal piket jaga UKS untuknya. Aku mendengus seketika ketika melihat namanya terpampang pada jadwal piket UKS hari sabtu. Tapi sudahlah.. terpaksa atau tidak, Baekhyun tetap saja sudah membantuku. Aku melihat Baekhyun yang sedang sibuk merapikan isi kotak P3K. Aku turun dari ranjang dan duduk disampingnya. “Aku bantu ya”, aku langsung meraih beberapa obat-obatan botolan yang berserakan dan menyusunnya agar Baekhyun tinggal memindahkan obat-obatan itu ke kotak. “Eh? Baekhyun_”, panggilku hati-hati. “Boleh aku bertanya?”. Baekhyun menoleh kearahku, wajahnya tidak seperti biasanya, hari ini wajahnya terlihat sangat pucat. Mungkin karena hujan yang mengguyur Seoul beberapa hari ini. “Ehm.. kenapa kau keluar dari tim basket?” tanyaku sambil menatap pemuda itu berharap mendapat jawaban. Baekhyun mengalihkan pandangannya dariku, sudah kuduga, dia tidak akan mau menjawab pertanyaanku. “Itu karena..”. Aku langsung menoleh kearah pemuda itu, ia sepertinya ingin menjawab, namun dapat dilihat dari wajahnya. Dia punya beban untuk mengatakan hal itu. “Itu karena aku lelah” ucapnya singkat. “Lelah?, yang aku tahu, kau tidak bisa lepas dari basket, ditambah lagi, tim kalian bukannya akan pergi ke luar negeri untuk bertanding memperebutkan juara dunia?, bagaimana bisa kau meninggalkan tim mu disaat mereka membutuhkanmu”.  “Mereka tidak membutuhkanku!” tukas Baekhyun. “Aku.. aku tidak bisa, aku hanya akan membuat tim ku kalah”. Aku menatap Baekhyun tidak percaya, wajahnya terlihat gelisah, aku dapat merasakan ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya takut. Aku menepuk pundaknya “Ceritalah padaku masalahmu..” ucapku lembut. Baekhyun menoleh padaku “Untuk apa aku menceritakanya padamu?” Tanya nya kembali tanpa nada. “Apa karena cidera mu sebulan lalu?” Aku menatap wajah pemuda itu dari balik poniku. Baekyun hanya diam, dia menggantung kotak P3K yang ternyata sudah selesai dibersihkan, “bukan..” jawabnya singkat. Aku tambah penasaran, apa sebenarnya yang membuat Baekhyun rela melepaskan jabatan kaptennya. “Lalu apa?” tanyaku tidak sabar. “Apa itu penting untuk mu?” Baekhyun balik bertanya, namun kali ini sepertinya dia sudah mulai marah, karena aku terlalu banyak bertanya. Aku melihat ekspresi sangar pemuda itu, aku bungkam seketika. “Maaf Baekhyun ssi, aku tidak bermaksud ikut campur dalam masalah mu, aku.. hanya ingin menjadi temanmu, aku tahu kau kesepian sehingga kau menutup diri dari semua orang termasuk adikmu, aku sungguh hanya ingin menjadi temanmu, kita bisa berbagi cerita bersama, masalahmu adalah masalahku, dan masalahku adalah masalahmu”. Baekhyun menatapku seakan apa yang kukatakan tadi itu benar, ia mengalihkan pandanganya dariku seakan ia tidak ingin kebenaran didalam dirinya kubongkar lagi.